Kamis, 04 April 2013

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

 

A.                Definisi

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).

 

B.                Fungsi Komunikasi Interpersonal

Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai berikut:

1.      Untuk mendapatkan respon atau  umpan balik.

2.      Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon atau  umpan balik.

3.      Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi.

 

Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau informasi dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah antara:

1.      Komunikator

a.         Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.

b.         Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.

c.         Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki.

2.      Media

a.         Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).

b.         Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga signal HP tidak dapat ditangkap.

c.         Hambatan simbol atau  bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya kata-kata “wis mari” versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai sudah sembuh dari sakit sedangkan versi orang Jawa Timur diartikan sudah selesai mengerjakan sesuatu.

d.        Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang mempengaruhi proses komunikasi.

3.      Komunikate

a.         Hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli.

b.         Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan.

c.         Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang lelaki.

 

C.                Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Ciri-ciri umum dari komunikasi interpersonal menurut E.M. Rogers adalah sebagai berikut :

a.       Arus pesan yang ada cenderung dua arah.

b.      Konteks komunikasinya adalah tatap muka.

c.       Tingkat umpan balik tinggi.

d.      Menuntut adanya kemampuan selektivitas yang tinggi.

e.       Kecepatan jangkauan terhadap audience yang banyak relatif lambat.

f.       Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.

 

Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka sifat-sifat yang tampak pada komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut :

a.       Melibatkan perilaku verbal dan non-verbal.

b.      Melibatkan perilaku yang spontan maupun perilaku yang tertulis atau yang direncanakan.

c.       Harus menghasilkan umpan balik, memiliki interaksi dan koherensi.

d.      Sebagai suatu proses yang dinamis.

e.       Biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

f.       Menunjukkan adanya kegiatan dan tindakan.

g.      Merupakan kegiatan persuasi antarmanusia.

 

D.                Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan, antara lain ( Arni Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :

1.         Menemukan diri sendiri.

Tujuan komunikasi interpersonal ini dimaksudkan untuk membantu menemukan diri sendiri atau kepribadian. Jika kita terlibat komunikasi interpersonal dengan orang lain maka kita dapat belajartentang banyak hal dari komunikasi tersebut. Kenyataannya bahwa persepsi kita terbentuk dari apa yang telah kita pelajari melalui komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui tentang diri kita sendiri maupun orang lain.

2.         Menemukan dunia luar.

Tujuan komunikasi interpersonal ini memandang bahwa melalui komunikasi interpersonal kita akan berinteraksi dengan bagian di luar diri kita atau lingkungan. Hal ini menjadikan kita lebih paham tentang dunia luar, dengan objek, kejadian-kejadian, atau orang lain. Kondisi tersebut menyebabkan kenyataan, kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai kita akan mendapat pengaruh lebih banyak.

3.         Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti.

Melalui komunikasi interpersonal ini membantu kita untuk menjaga hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi interpersonal akan terbentuk suatu jalinan yang didasarkan pada perasaan keterikatan antara pihak-pihak yang menjalaninya. Hal ini baik untuk menjalin hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

4.         Merubah sikap dan tingkah laku.

Dalam komunikasi interpersonal juga memungkin salah satu pihak memberikan pengaruh terhadap pihak lainnya atau sebaliknya yang secara langsung maupun tidak bisa saja mengubah sikap dan perilaku seseorang.

 

5.         Untuk bermain dan kesenangan.

Komunikasi interpersonal juga dapat digunakan untuk bermain, mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan untuk mencari kesenangan. Berdiskusi dengan teman tentang kegiatan akhir pekan, berdiskusi tentang olah raga, atau bercerita tentang kejadian lucu juga termasuk pembicaraan yang dapat memberikan kesenangan. Walau pun sepertinya kegiatan tersebut tidak berarti namun dapat mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan kegiatan komunikasi interpersonal seperti ini dapat memberikan keseimbangan antara pikiran yang membutuhkan relaksasi dan kegiatan yang membuat sibuk di lingkungan kita.

6.         Untuk membantu.

Tujuan ini menganggap bahwa komunikasi interpersonal dapat digunakan dalam kegiatan profesional seperti menghadapi klien yang memiliki masalah kesehatan baik fisik maupun psikis (komunikasi terapeutik).

 

E.                Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Dalam jurnal “ Komunikasi Interpersonal yang Efektif pada Kelompok Kejrja X” disebutkan bahwa efektivitas komunikasi interpersonal dalam perspektif humanistik dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu :

1.                  Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.

Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang yang bereaksi secara terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapakan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam hal ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata ‘saya’ (kata ganti orang pertama tunggal).

 

2.                  Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati di pihak lain adalah merasakan jadi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan : (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kekuatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

 

3.                  Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif. (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

 

4.                  Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikintya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

 

5.                  Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar ada dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diamdiam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masingmasing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

 

Sedangkan perspektif pragmatis memandang efektifitas komunikasi interpersonal meliputi hal-hal sebagai berikut :

a.                  Bersikap Yakin

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri. Dalam arti bahwa seorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain. dalam berbagai situasi komunikasi, orang yang mempunyai sifat semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non verbal.

 

b.                 Kebersamaan

Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang yang memiliki sifat ini, bila berkomunikasi dengan orang lain akan memperhatikannya dan merasakan kepentingan orang lain.

 

c.                   Manajemen Interaksi

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak, sehingga tidak seorang pun merasa diabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten. Dan biasanya, dalam berkomunikasi orang yang memiliki sifat semacam ini akan menggunakan pesan–pesan verbal dan non verbal secara konsisten pula.

 

d.                  Perilaku Ekspresif

Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh–sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. Perilaku ekspresif ini hampir sama dengan keterbukaan, mengekspresikan tanggung jawab terhadap perasaan dan pikiran seseorang, terbuka pada orang lain dan memberikan umpan balik yang relevan. Orang yang berperilaku ekspresif akan menggunakan berbagai variasi pesan baik secara verbal maupun non verbal, untuk menyampaikan keterlibatan dan perhatiannya pada apa yang sedang dibicarakan.

 

e.                   Orientasi pada Orang Lain

Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan orang lain selama berkomunikasi interpersonal. Tentunya, dalam hal ini seseorang harus mampu melihat perhatian dan kepentingan orang lain. selain itu, orang yang memiliki sifat ini harus mampu merasakan situasi dan interaksi dari sudut pandang orang lain serta menghargai perbedaan orang lain dalam menjelaskan suatu hal.

 

F.                 Faktor-faktor yang Menyebabkan Komunikasi Interpersonal

Dalam jurnal “ Komunikasi Interpersonal yang Efektif pada Kelompok Kejrja X” disebutkan bahwa menurut Rakhmat (2001) faktor-faktor yang dapat menyebabkan komunikasi interpersonal terdiri dari:

a.      Persepsi Interpersonal

Berupa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan bahwa manusia bukan benda tapi sebagai objek persepsi.

b.      Konsep Diri

Menurut Brooks (dalam Rakhmat 2001) konsep diri adalah suatu pandangan dan perasan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, individu cenderung akan bersikap menghormati dan menerima diri. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, individu cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya.

c.       Atraksi Interpersonal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar